Powered By Blogger

18 March 2007

Kelompok pola berpikir individu

Apabila kita mengamati perilaku berpikir setiap orang dengan seksama sehubungan dengan kepercayaan agama yang mereka anut, maka kita memang akan mendapati beragam konsep berpikir. Ada begitu banyak latar belakang yang dapat mempengaruhi paradigma berpikir seseorang terhadap agama atau kepercayaan, bisa latar belakang keluarga, pendidikan, kebudayaan, etnis atau suku, kebudayaan, kebangsaan, tradisi, status sosial, status ekonomi, pengalaman hidup dan lain-lain. Mungkin anda bertanya, bagaimana kita dapat mengetahui pola berpikir umat manusia dari segala bangsa di dunia ini?.

Kita patut bersyukur karena perkembangan teknologi saat ini telah menembus batas dimensi ruang dan waktu, media teknologi informasi dan komunikasi telah “menerobos” penghalang jarak dan waktu sehingga kita bisa mengetahui berbagai macam pola pemikiran dari berbagai negara di seluruh dunia ini, dari mulai pemikiran orang-orang di belahan barat maupun dari orang-orang di belahan timur bumi ini, mulai dari negara-negara maju, negara-negara berkembang dan bahkan negara-negara miskin. Media televisi, film bioskop/DVD, radio, suratkabar, publikasi (seperti buku-buku, tulisan-tulisan, encyclopedia, kamus dll), telekomunikasi (telephone, HP dll), khususnya media internet dlm lingkup teknologi komputer telah memungkinkan kita untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber. Dengan demikian selain kita bisa mengetahui berbagai macam pola pikir seseorang di wilayah kita sendiri yang dapat kita jangkau secara langsung atau secara fisik, kita juga dapat menjangkau wilayah-wilayah lainnya di seluruh dunia berkat bantuan media teknologi informasi tadi. Berdasarkan hasil pengamatan saya pribadi baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai sumber informasi yang saya sebutkan di atas, kalau boleh saya kelompokkan pandangan orang terhadap agama atau kepercayaan kira-kira dapat dibagi atas beberapa kriteria sebagai berikut :

· Apatis (acuh-tak-acuh)
------------------------------
Beberapa kamus mendefinisikan apathy =
”Lack of enthusiasm or energy: lack of interest in anything, or the absence of any wish to do anything”
- Tidak terlalu peduli terhadap agama, lebih mengejar kepentingan materi (seperti harta kekayaan, karier, jabatan, kehormatan, ketenaran, hobi, kenikmatan hidup dll) daripada mendalami hal-hal yang bersifat rohani atau spiritual.
- Kadang-kadang orang yang berpandangan apatis ini, sama sekali tidak berminat untuk menyelidiki agama, baik agama yang dianutnya sendiri apalagi agama lain.
- Sekedar mengaku berstatus beragama tetapi tidak peduli apakah agama yang dianutnya benar atau salah, sehingga tidak menjalankan tatacara ibadatnya dengan konsisten dan konsekuen.
- Ada beberapa yang berpendapat “nikmatilah hidup ini sepuas-puasnya sebab besok kita akan mati”. konsep epikuros - asal kata dari “epicurean” - devoted to sensual pleasures and luxury.
- Berpandangan bahwa sekedar tidak berbuat jahat, tidak mengganggu kepentingan orang lain dan bersosialisasi terhadap sesama manusia tidak harus terlebih dahulu menganut agama tertentu.
- Ada beberapa penganut pandangan ini yang mungkin kecewa terhadap agama karena mungkin pernah membaca latar belakang sejarah “gelap” dari agama-agama dunia khususnya agamanya sendiri.
- Atau ada juga yang mungkin mengamati perkembangan agama-agama dunia sepanjang sejarah dan mendapati begitu banyaknya kemunafikan diantara para pengikutnya atau bahkan para pemimpin agama itu sendiri, sehingga hal ini menjadi suatu “batu sandungan” untuk memilih agama tertentu untuk diyakini dan dianut.
- Ada juga beberapa yang memiliki kemampuan intelektual tertentu dan mencoba menyelidik ajaran tertentu dari agama melalui kitab suci agamanya atau kitab suci agama lain, namun tidak bisa “mencerna” secara logika science dan akhirnya mengakibatkan timbulnya keraguan terhadap kebenaran agama.
- Ada yang mungkin pernah memiliki pengalaman pahit berkenaan dengan hubungan horizontal antara sesama umat beragama, mungkin pernah dikecewakan oleh pemimpin agamanya (pendetanya, atau pastornya atau ustadnya atau biksunya dll.). Dan yang membuat kecewa adalah karena institusi atau organisasi agamanya mendiamkan atau tidak peduli walaupun beberapa orang yang mengaku sebagai pemimpin spiritual bertindak munafik dan merugikan umatnya sendiri, sehingga hal ini menjadi kendala untuk dapat tetap yakin terhadap agamanya.


· Skeptis (ragu-ragu)
-------------------------
Beberapa kamus mendefinisikan skeptical =
“Someone who is doubtful or noncommittal about something” / doubtful is : tending not to believe things but to question them or unsure or undecided about something.
- Sekedar mengaku bahwa dia ber-agama, namun pada hakekatnya ragu-ragu terhadap kebenaran agama yang dianutnya itu. Sehingga kelompok orang seperti ini tidak menjalankan ajaran agamanya dengan sungguh-sungguh, sebagai contoh sederhana kalau mereka beragama Islam tidak menjalankan shalat lima waktu secara konsisten atau corak ibadat lainnya, kalau mereka beragama Kristen tidak pernah ke gereja dan seterusnya.
- Sekedar beragama (tertera di kartu identitas mereka) tetapi tidak terlalu yakin apakah agama yang dianutnya benar atau salah, karena mungkin tidak punya dasar pengetahuan tentang agamanya sendiri.
- Ada juga beberapa yang memilik problem ketidakpuasan terhadap jawaban dari agamanya atas pertanyaan-pertanyaan yang mungkin pernah diajukannya para kritikus tertentu.
- Tidak terlalu menganggap bahwa Agama itu memiliki “kekuatan” rohani / spiritual / moril, hanya menganggap sebagai suatu wadah atau sarana untuk menentukan identitas ibadat seseorang saja.
- Kadang-kadang orang seperti ini mencoba-coba untuk mempelajari agamanya atau menyelidiki agama orang lain, akan tetapi tidak didasari atas motivasi yang benar (bukan untuk mencari kebenaran yang sejati) namun semata-mata untuk mencari-cari kesalahan di dalam agama agar mempunyai alasan untuk tidak beragama.
- Mudah ter-ombang ambing seperti ombak di lautan karena tidak memiliki pendirian yang teguh berkenaan suatu kepercayaan agama, hal ini disebabkan karena kurangnya dasar pengetahuan tentang kitab suci atau pengetahuan lainnya yang dapat mendukung seseorang dalam proses berpikir serta bertindak sesuai imannya.

· Submissive (pasrah/patuh/menyerah/tunduk tanpa syarat)
------------------------------------------------------------------------
Beberapa kamus mendefinisikan submissive =
“ready to submit to others: giving in or tending to give in to the demands or the authority of others”.
- Berpandangan bahwa kepercayaan atau agama adalah warisan dari bapak/kakek/leluhur yang harus diikuti dengan pasrah dan patuh.
- Tidak perlu terlalu meng-kritisi agama warisan yang sudah dianut sejak lahir, terima saja dengan pasrah dan tunduk tanpa syarat, dan tanpa perlu bertanya denga kritis mengapa begini mengapa begitu.
- Sangat tulus dan patuh menjalankan tatacara agamanya sesuai dengan ajaran-ajaran dari para pemimpin agamanya dan sangat menyandarkan dasar pengetahuan agamanya kepada para guru agama dan para pemimpin agamanya seperti pastor, pendeta, ahli teologi, ustadz, da’i, biksu, biksuni dll) tanpa terlalu kritis meneliti kembali apa yang dikatakan oleh para pemimpin agamanya tersebut.
- Ada beberapa yang bahkan belum pernah membaca kitab suci agamanya sendiri secara keseluruhan, karena mereka merasa puas hanya dengan mendengarkan para pemimpinnya berkhotbah saja. Namun demikian mereka tetap bisa ber-Iman dan beribadat secara tulus, karena konsepnya adalah iman tidak harus didasari atas pengetahuan logika tapi hati nurani.
- Cenderung untuk menutup diri dengan konsep ajaran diluar agama warisan yang sudah dianut, atau mungkin takut untuk mempelajari konsep kepercayaan lain atau takut pindah agama.
- Agama atau kepercayaan terkadang bersifat dogmatis atau indoktrinisasi yang turun-temurun sudah dianut oleh nenek-moyangnya, dan tidak perlu lagi diuji kebenarannya ataupun direformasi walaupun dogma tersebut belum tentu berdasarkan kitab suci agamanya dan belum diuji kebenarannya.
- Menjalankan ibadatnya sebagai rutinitas yang bersifat mekanis, sebagai contoh bagi yang beragama Kristen secara rutin pergi ke gereja setiap minggu, merayakan Natal setiap tahun namun ketika ditanya apakah dirinya pernah membaca Alkitab secara keseluruhan mereka menjawab belum pernah. Bagi yang beragama Islam ada yang shalat secara teratur, mebayar zakat, berpuasa, naik haji dll namun ketika ditanya apakah dirinya mengerti isi dari kitab suci Al-Quran mereka menjawab tidak terlalu ngerti, dan seterusnya, mereka tulus menjalankan rutinitas ibadatnya tanpa didasari atas pengetahuan yang seksama mengenai ibadat rutin yang sedang dijalankannya tersebut, karena menjalaninya sesuai dengan kebiasaan turun-temurun dari orang tuanya atau mungkin dari para alim-ulama yang meng-indoktinisasi mereka.
- Agak alergi atau risi terhadap konsep pemikiran baru atau konsep yang bertentangan dengan dogma yang telah dianutnya sejak kecil, apalagi jika konsep baru tersebut bertentangan dengan dogma atau doktrin yang dianutnya itu.
- Jika ada kritik terhadap dogma atau doktrin agamanya yang berdasar dan tidak bisa dijawab, maka mereka akan lebih mengandalkan imannya semata ketimbang termotifasi untuk mencari tahu kebenaran yang sejati dengan akal pikiran.
- Sangat sensitif dan mungkin akan cenderung emosi serta marah jika ada konsep lain yang mengkritisi ajaran agamanya walaupun kritik yang diberikan itu bisa jadi sangat berdasar dan dapat dipertanggungjawabkan.
- Iman atau kepercayaan adalah suatu hal yang bersifat batiniah dan terkadang bersifat misteri tanpa harus didasarkan atas akal sehat atau logika bahkan terkadang sifatnya abstrak, dan pengetahuan agama tidak perlu digali, dipelajari atau diteliti dengan menggunakan akal pikiran, cukup dengan hati nurani saja.
- Ber-iman hanya didasari atas dorongan emosional belaka ketimbang akal pikiran, sebagai contoh ada seseorang yang mungkin pernah menderita penyakit panjang, namun ketika “dapat disembuhkan” oleh pendeta / pastor / ustadz secara mukjizad maka orang ini akan segera percaya dengan agamanya hanya atas dasar itu saja. Atau mungkin ada yang melihat “kesaktian” dari guru agamanya atau ulamanya mereka langsung tertarik untuk mempercayainya.
- Biasanya mengindikasikan ajaran yg benar dari skala kuantitatif atau jumlah pengikut (jika jumlah pengikutnya banyak maka otomatis ajaran itu benar, jika jumlah pengikutnya sedikit atau jika masyarakat serta penguasa politik mendiskreditkan agama tersebut maka otomatis mereka dengan “pasrah” akan ikut memfonis bahwa ajaran itu salah atau sesat tanpa mau peduli atau mau menyelidiki kebenaran yang sesungguhnya)


· Atheis (tidak percaya akan keberadaan Tuhan)
---------------------------------------------------------
Beberapa kamus mendefinisikan atheis =
“unbeliever in God or deities: somebody who does not believe in God or deities” dan beberapa kamus mendefinisikan agnostic = “somebody denying God’s existence is provable: somebody who believes that it is impossible to know whether or not God exists”
- Kebanyakan penganut pandangan ini memiliki paham filsafat materialis, artinya mereka hanya mempercayai sesuatu yang dapat dilihat atau dirasakan dengan panca indra manusia seperti benda-benda berwujud, semua materi-materi yang dapat dilihat holeh mata dan di rasakan oleh panca indra lain dari tubuh manusia sajalah yang exist, kalau tak terlihat dan tidak terasa maka dianggap tidak ada.
- Mereka juga tidak mempercayai adanya proses penciptaan terhadap alam semesta dan manusia, mereka lebih mempercayai teori para ilmuwan yang mengatakan bahwa semua keberadaan di alam semesta dan keberadaan manusia terjadi dengan sendirinya, alam semesta terjadi karena adanya peristiwa “big bang” sementara manusia terjadi karena suatu proses evolusi – teori Charles Darwin.
- Karena kelompok orang yang berpandangan seperti ini sama sekali tidak percaya eksistensi dari Tuhan / Allah, maka secara otomatis sudah pasti tidak akan percaya terhadap agama, agama dianggap mereka hanya seperti “candu” yang hanya merupakan pelarian dari orang-orang yang menderita atau tertindas agar mendapat kenyamanan semu.
- Sangat mengandalkan ilmu pengetahuan/science, dan sangat memiliki kepercayaan diri yang tinggi apabila mereka telah memiliki kemampuan intelektual dan memiliki titel serta gelar-gelar akademis seperti Professor, Doktor, Sarjana. Jika mereka sudah mencapai tingkat pendidikan yang tinggi maka buat mereka ilmu pengetahuan adalah semacam “Tuhan” bagi mereka tempat mereka mencari jawaban atas segala misteri kehidupan, sehingga agama tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang berharga melainkan dianggap hanya sebagai dongeng “isapan jempol” belaka.

· Agnostic (tidak begitu yakin bahwa kebenaran absolute agama dapat ditemukan atau bahwa Tuhan dapat dibuktikan keberadaannya)
------------------------------------------------------------------------------
Beberapa kamus mendefinisikan agnostic =
“somebody who believes that it is impossible to know whether or not God exists” (The term “agnostic” (from the Greek word agnostos, “unknown”) was coined by the 19th-century British scientist Thomas H. Huxley, who also helped to popularize the Darwinian theory of evolution".
- Orang yang berpandangan Agnostik dapat dikatakan berdiri di persimpangan jalan di antara theis dan atheis (antara percaya dan tidak percaya akan eksistensi Tuhan), jadi tidak mempunyai pendirian yang jelas dan tegas akan kepercayaan terhadap Tuhan, apalagi terhadap agama.
- Berpandangan bahwa amat sangat mustahil untuk dapat membuktikan adanya kebenaran absolute dari Agama atau adanya kebenaran Tuhan.
- Berpandangan bahwa amat sangat mustahil untuk dapat membuktikan eksistensi dari Tuhan, walaupun Dia ada.

· Liberal, Moderat, Pluralism, Flexibel, Universal
----------------------------------------------------------
Beberapa kamus mendefinisikan Liberal =
“Tolerant of different views and standards of behavior in others” or “somebody who favors tolerance or reform”
- Kebenaran hanyalah bersifat relatif, tidak ada kebenaran yang absolute, atau tidak akan ada the ultimate truth.
- Setiap orang bebas dan berhak berpendapat tentang kebenaran berdasarkan perspektif masing-masing
- Membuka diri terhadap segala jenis ilmu agama dari berbagai sumber kepercayaan.
- Mempunyai konsep bahwa semua agama adalah jalan yang sama menuju Tuhan.
- Mempunyai konsep bahwa ada kebaikan, kebenaran dan kesucian di dalam setiap agama
- Agama seharusnya bersifat universal dan menerima segala jenis perbedaan tidak soal apapun perbedaan itu
- Lebih meng-unggulkan science, pengetahuan sekuler, dan logika semata untuk menentukan benar atau salah.
- Memiliki toleransi yang tinggi terhadap segala penyimpangan agama dari kitab sucinya, karena tidak terlalu menganggap bahwa kitab suci adalah satu-satunya dasar fundamental berpijak.
- Tidak terlalu mendasarkan konsep berpikirnya dengan kitab suci dari agamanya, atau tidak terlalu “alkitabiah” walaupun mereka tetap mengakui adanya kebenaran di dalam kitab suci, tetapi kelompok ini juga menerima konsep dari filsafat-filsafat atau filosophy dari sumber-sumber non-agama.
- Terkadang mencoba untuk menafsirkan sendiri ayat-ayat Alkitab sesuai dengan sudut pandangan masing-masing untuk membenarkan konsep berpikirnya sendiri.
- Ada sebagian penganut paham ini yang bahkan tidak terlalu yakin bahwa kitab suci agamanya autentik dan dapat dipercaya sepenuhnya, atau kurang yakin jika kitab sucinya dapat dijadikan satu-satunya pedoman dasar, karena mereka menerima pedoman-pedoman lainnya selain kitab suci.
- Mereka tidak mempermasalahkan apabila terjadi proses “mengawinkan” atau “meleburkan” konsep agama dengan tradisi budaya (sinkretisme), kitab suci dengan filsafat dan philosophy dan berbagai ilmu pengetahuan dari berbagai sumber menjadi suatu konsep yang seolah-olah “berhikmat” dan bijaksana.

· Fanatic / Extreem (Frantic atau Frenzied)
---------------------------------------------------
Beberapa kamus mendefinisikan Fanatic = “somebody who has extreme and sometimes irrational enthusiasms or beliefs, especially in religion“
- Agama dapat menjadi tembok yang mengelompokkan pengikutnya dalam satu kesatuan exlcusive, sehingga orang-orang yang berada di luar kelompoknya adalah kelompok sesat dan tidak perlu diperhitungkan, atau bahkan perlu dimusuhi, sedangkan kelompoknya adalah kelompok yang paling benar dan layak masuk ke “surga”.
- Secara umum kebanyakan umatnya percaya secara mutlak terhadap para pemimpin agamanya atau tokoh-tokoh agamanya, tanpa perlu menyelidiki secara pribadi apakah ajaran dari tokoh-tokoh mereka sudah benar-benar teruji kebenaranannya berdasarkan riset pribadi, melainkan hanya sekedar dengan tulus mengikuti perintah dari para pemimpinnya saja, dengan kata lain sangat fanatik terhadap kepercayaannya.
- Kebanyakan anggotanya senang menonjolkan semangat emosional kepada publik guna mendapat simpatik atau kesan bahwa mereka taat beribadah dan bahwa golongan agamanya harus dibenarkan dan dibela.
- Anggotanya mudah sekali terprovokasi oleh issue-issue yang bersifat memecah belah
- Lebih senang menjalankan ibadatnya secara lahiriah dan emosional ketimbang secara rasional.
- Senang menonjolkan tata cara ibadatnya dihadapan umum, untuk memperlihatkan kepada orang lain betapa “ber-agamanya” dan betapa alimnya mereka dibandingkan dengan orang-orang dari agama lainnya.
- Sangat kritis terhadap kelompok agama lain, jarang sekali yang mau kritis terhadap agamanya sendiri, dan terkadang terkesan lebih senang mencari-cari kesalahan orang ketimbang intropeksi terhadap diri sendiri atau terhadap kelompoknya.
- Apabila kelompoknya diperlakukan dengan cara tertentu yang mengakibatkan mereka tersinggung atau dirugikan, maka mereka tidak akan diam atau cepat memaafkan, namun cenderung responsif membalasnya dengan cara yang lebih ekstrim dan keras terhadap siapapun yang mengakibatkan kelompok mereka dirugikan.
- Para pemimpin dan anggotanya senang mengangkat dirinya sendiri menjadi hakim atas orang lain dengan dalil agama yang diyakininya.
- Terkadang sangat membela sesama anggotanya, meskipun anggotanya mungkin merugikan pihak lain, tetapi selama anggotanya bertindak sesuai dengan tata cara agamanya, mereka tidak perduli dengan penderitaan yang dialami oleh orang lain akibat dari tindakan anarkis salah satu kelompoknya yang didasarkan atas tata cara agamanya.
- Kadang-kadang dalam suatu situasi tertentu bisa meng-halalkan segala cara (walaupun cara tersebut dapat merugikan pihak lain) dengan dasar dalil yang berusaha dicari-cari ayat dari kitab sucinya untuk pembenaran tindakannya.
- Menjalankan ibadatnya dengan cara yang terkadang diluar akal manusia atau tidak rasional melainkan bersifat emosional tanpa akal sehat
- Kadang-kadang beberapa anggotanya rela mati demi agamanya, dan ironisnya rela membunuh orang juga demi agamanya (atau lebih tepat demi kepentingan pribadinya karena dengan menjalankan tindakan tersebut mereka yakin bahwa mereka akan masuk ke surga).

· Fundamental / Radikal (Dasar atau akar dari suatu prinsip)
-------------------------------------------------------------------------
Beberapa kamus mendefinisikan Fundamental atau Radical =
“relating to or affecting the underlying principles or structure of something” or “basic principle or element: a basic and necessary component of something, especially an underlying rule or principle” or “relating to or affecting the basic nature or most important features of something”
- Sangat percaya bahwa agama yang benar hanya ada satu, dan bahwa agama yang dianutnya itulah yang benar.
- Tidak setuju dengan konsep liberalism bahwa semua agama adalah jalan yang benar
- Berupaya untuk kembali mendasarkan praktek agamanya dengan kitab sucinya sebagai prinsip fundamental
- Berupaya untuk mencari kebenaran berdasarkan kitab sucinya
- Sangat giat melaksanakan ajaran agamanya dengan iman yang kokoh
- Sangat ber-iman dan yakin bahwa agamanya adalah benar dan agama yang lain adalah salah atau sesat.

Semua point yang saya jabarkan di atas hanyalah merupakan hasil analisa dan pandangan saya pribadi, belum tentu benar, terserah anda mau terima atau tidak, jika anda menyangkal dan menyanggah pendapat saya tersebut silahkan memberikan komentar yang dapat dibuktikan melalui fakta dan memiliki dasar kebenaran bahwa hasil analisa saya tersebut salah. Namun demikian point - point yang saya jabarkan tersebut merupakan fakta yang dapat anda temui di sekitar anda, silahkan buktikan sendiri, bahkan anda sendiri bisa merenungkan kira-kira anda memiliki pola berpikir/paradigma seperti apa. Atau mungkin anda merasa tidak satupun dari point tersebut di atas yang cocok dengan kondisi anda pribadi, namun bagaimanapun juga point-point tersebut secara garis besar memang terbukti mewakili kelompok tertentu dari masyarakat manusia dalam memandang agama atau kepercayaan. Timbul pertanyaan bagaimana semua pandangan tersebut di atas dapat “mengilhami” paradigma atau pola berpikir umat manusia terhadap agama sepanjang sejarah existensi manusia itu sendiri di atas bumi ini? jawabannya sangat kompleks, selain daripada berbagai latar belakang seseorang yang saya sebutkan sebelumnya, beberapa kondisi juga dapat menyebabkan hal tersebut terjadi, bisa karena Agama itu sendiri seolah-olah sudah tidak memiliki kekuatan atau telah kehilangan “power” atau “wewenang” terhadap pengikutnya. Bisa juga karena sepanjang sejarah para pemimpin agamanya telah bertindak munafik dalam arti tidak menjalankan ajaran agamanya sesuai dengan apa yang mereka perintahkan terhadap para umatnya. Bisa juga karena penderitaan yang dialami umat manusia sepanjang zaman sehingga mereka bingung dan tidak bisa menerima fakta bahwa jika memang ada oknum yang bernama Tuhan yang maha kuasa di atas sana mengapa Dia membiarkan penderitaan umat manusia di atas muka bumi ini seolah-olah Tuhan tidak pernah mau peduli atas segala penderitaan, kejahatan, bencana alam dan semua hal negatif yang menimpa umat manusia sepanjang sejarah keberadaan manusia di atas bumi ini. Namun demikian seharusnya jika memang kebenaran sejati itu ada, maka semua jawaban atas fakta dan pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam benak setiap insan manusia dapat terjawab. Mari kita merenungkan hal ini bersama-sama.

1 comment:

Unknown said...

wah.. mikirnya kompleks juga ya.. hehehe...

kalo lo masuk golongan yg mana?